06 January 2006

Teror Sebelum Tidur

Resensi oleh Qizink La Aziva*)

Judul buku: Dongeng Sebelum Tidur (Kumpulann Cerpenis Rumah Dunia)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Desember 2005
Harga: Rp. 30.000,-

Di era sekitar 70-an, orang tua kita sering mendongeng untuk anak-anaknya. Begitu banyak dongeng yang lahir dari tanah nusantara. Di Jawa Barat ada dongeng Si Kabayan yang kerap bikin kita tersenyum mendengarnya. Dongeng Malin Kundang dari Sumatera Barat sangat melekat di telinga anak-anak. Begitupun dengan dongeng Bawang Merah Bawang Putih, Jaka Tarub, atau Timun Mas dari Pulau Jawa.

Bagi orang-orang terdahulu, mendongeng merupakan wujud ungkapan cinta kepada si anak. Sehingga sangat wajar, jika kemudian dongeng begitu besar pengaruhnya dalam pembentukan perilaku anak. Kegiatan berdongeng biasanya dilakukan orang tua sebagai pengantar tidur anaknya sehingga kita pun kerap mendengar istilah Dongeng Sebelum Tidur.

Anak-anak sering terlelap tidur usai mendengar sebuah dongeng, karena khayalan mereka sudah jauh terbawa dalam dunia fantasinya. Namun keindahan sebuah dongeng bagi anak-anak ini tidak akan anda temukan ketika membaca kumpulan cerpen berjudul Dongeng Sebelum Tidur (DST) terbitan Gramedia, Jakarta. Dalam buku berisi 10 cerpen dari 5 penulis Rumah Dunia (Gola Gong, Toto ST Radik, Firman Venayaksa, Fahri Asiza, dan Tias Tatanka) ini, para pembaca tidak akan terlelap tidur tapi akan menemukan 'teror' yang akan mengganggu tidur.

Dalam dongeng (baca cerpen) Aku Ingin Jadi Clara karya Firman Venayaksa, kita akan dihadapkan pada sebuah cerita yang sangat mengerikan. Dalam cerpen itu, kita akan disuguhi sebuah cerita tentang seorang wanita yang berharap menjadi tokoh Clara dalam cerpen Seno Gumira Ajidarman. Clara merupakan tokoh yang menjadi korban pemerkosaan dalam aksi kerusuhan. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, wanita tersebut menawarkan dirinya kepada setiap orang (termasuk kepada pacarnya) untuk memperkosanya. Gilanya lagi, sekelompok pria malah menolak untuk memperkosa wanita tersebut. Mereka lebih suka memperkosa pacar si wanita!

Teror juga hadir dalam cerpen Mereka Bilang Kita Keturunan Monyet karya Tias Tatanka. Dalam dongeng ini, Tias mencoba mempertemukan cerita pembunuhan Qabil oleh Habil dengan Teori Evolusi Darwin yang terputus (missing link). Tias sangat berani melakukan perombakan mitos (demitologi) Qobil - Habil sekaligus mempertemukannya dengan sebuah teori ilmiah. Bukankah menurut Korrie Layun Rampan, teori ilmiah pun
pada dasarnya adalah fiksi.

Dengan imajinasinya, Tias seakan membenarkan (sekaligus mentertawakan) bahwa manusia sebenarnya memang keturunan monyet. Karena pasca pembunuhan pertama di dunia tersebut, Habil lari ke dalam hutan dan diperkosa segerombolan monyet. Pemerkosaan yang dilakukan kera betina terhadap anak pertama manusia di bumi inilah yang seakan 'memberi jawaban' bahwa manusia memang keturunan monyet.

Teror lainnya juga hadir dalam tujuh cerpen lainnya dalam buku DST ini. Dalam cerpen Batu Dalam Cermin misalnya, kita akan menemukan cerita manusia yang membatu dalam cermin, seperti dongeng Malin Kundang. Kita juga akan menemukan sebuah cerita tentang pemimpin sebuah negeri yang menjadi penjual pistol di cerpen Ratu Pistol karya Toto ST Radik.

Ketika membaca atau mendengarkan dongeng, kita akan lari sejenak dari kenyataan untuk berkhayal. Tapi ketika membaca dongeng-dongeng yang ada dalam DST, kita akan disodori beragam teror pemikiran agar tidak lari dari kenyataan. Dongeng-dongeng yang disajikan dalam DST tetap berpijak pada realitas, tak sekadar khayalan.

Sehingga berhati-hatilah dalam membaca dongeng-dongeng dalam DST. Karena anda tidak akan tertidur lelap usai membaca buku ini, seperti tokoh Inano dalam cerpen Dongeng Sebelum Tidur karya Gola Gong yang terus dipengaruhi dongeng tentang pelangi dan bidadari yang pernah didengarnya. Atau seperti tokoh wanita dalam cerpen Aku Ingin Jadi Clara yang terobsesi gara-gara baca cerpen!

Buku ini adalah kumpulan cerpen kelima Rumah Dunia, dimana 50% royaltinya disumbangkan ke Rumah Dunia. Jika anda sudah membeli novel ini, berarti sudah ikut membantu membangun Rumah Dunia. Belilah. Eh, Bacalah dan selamat membaca! Awas, Anda akan diteror dongeng sebelum tidur.

*) Penuils adalah wartawan Radar Banten

No comments: