19 January 2006

Escape From Freedom

Awicaksono

Judul buku: Escape from Freedom
Penulis: Erich Fromm
Penerbit: Henry Holt and Co
Tahun terbitan: 1994
ISBN: 08050-3149-9


Erich Fromm memulai pendidikannya pada tahun 1918 di Universitas Frankfurt am Main di bidang yurisprudensi selama dua semester. Sepanjang semester kedua di tahun 1919, Fromm mulai belajar di Universitas Heidelberg, dimana ia mengganti bidang dari yurisprudensi dengan sosiologi. Ia dibimbing oleh para ahli sosiologi terkemuka, seperti Alfred Weber (saudara kandung Max Weber), Karl Jaspers, dan Heinrich Rickert. Fromm memperoleh gelar Ph.D. di bidang sosiologi dari Universitas Heidelberg pada tahun 1922, dan menyelesaikan pendidikannya di bidang psiko-analisis pada tahun 1930 di the Psychoanalytical Institute di Berlin. Dan pada tahun yang sama ia mulai membuka praktek klinik psikologi dan bergabung dengan Lembaga Kajian Sosial Frankfurt. Setelah Nazi mengambil alih kekuasaan di Jerman, Fromm pindah ke Jenewa, Swiss. Kemudian pada tahun 1934 pindah lagi untuk mengajar di Universitas Columbia di kota New York. Setelah meninggalkan Columbia, ia membantu pembenukan Sekolah Tinggi Psikiatri Washingon kantor cabang New York pada tahun 1943. Kemudian ia pun terlibat dalam pembentukan Lembaga Psikiatri, Pskiko-Analisis dan Psikologi William Alanson White pada tahun 1945.

Fromm memulai Escape From Freedom di Eropa pada Abad Pertengahan. Tidak ada kebebasan, tidak ada individualisme, tetapi tetap merupakan kehidupan yang nyaman pada atmosfer yang statik. Semua kenyamanan tersebut mulai berantakan ketika kapitalisme moderen pertama kali muncul di abad 14. Tiba-tiba manusia memiliki kesempatan baru untuk menikmati hidup tanpa kekangan. Namun pada saat yang sama mereka mulai memiliki rasa tidak aman, gelisah serta rasa tak berdaya, khawatir, yang kesemuanya mengarah kepada ketegangan-ketegangan dan permusuhan sosial. Inilah sisi lain dari kebebasan, ketiadaan rasa aman, perasaan tentang hidup-mati yang batas-batasnya semakin tidak jelas. Manusia pun memulai pencariannya terhadap ilusi tentang kepastian, dan disinilah terletak godaan untuk mempertukarkan kebebasan kita dengan perangkat-perangkat pengatur ketertiban, keharmonisan, dengan artikulasi instrukti tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam berpenghidupan.

Sado-masokhisme adalah mekanisme kejiwaan yang dijelaskan Fromm sebagai orang-orang yang tidak tahan untuk hidup di atas kakinya sendiri, dan membutuhkan orang lain untuk memberinya perintah, atau untuk diberi perintah. Simbiosa adalah kata untuk mewakilkan fenomena saling ketergantungan. Berbeda dengan pandangannya tentang simbiosa pada bukunya, The Art of Loving, dimana gambaran simbiosa dibatasi pada pola hubungan pasangan manusia, di buku ini Fromm memusatkan perhatiannya kepada simbiosa dalam kehidupan sosial.

Bagaimana kehidupan di Amerika Serikat, negeri yang terkenal sebagai negara kebebasan? Pada bagian akhir Fromm mengajukan pendapat yang sangat keras tentang negeri angkatnya, dengan menunjukkan bagaimana ke kepatuhan dan penerimaan norma-norma budaya yang sering diberlakukan tanpa kajian-kajian mendalam menjadi bentuk paling mutakhir bagi pelarian dari kebebasan. Hidup dikendalikan oleh iklan dan gagasan-gagasan cangkokan tentang apa yang disebut dengan keberhasilan dan kegagalan. Kenyataannya, kebebasan bukanlah hal mudah. Ia membutuhkan kesungguhan pribadi, sebuah tantangan untuk mencari pengetahuan agar dapat dicapai suatu keadaan dimana kita dapat memiliki pola hubungan kehidupan yang lebih kreatif dengan dunia.

Konsep Erich Fromm tentang kebebasan terlihat memiliki kesamaan-kesamaan dengan Zen dalam Budhisme. Hal itu terlihat jelas pada bukunya setelah Escape from Freedom, Zen Buddhism and Psychoanalysis. Ia mendorong kita untuk hidup secara sederhana, untuk mencintai, untuk bekerja dan berhubungan dengan segala bentuk kehidupan tanpa pretensi.

Escape From Freedom sangat baik sebagai bacaan dasar bagi siapa pun yang ingin memahami kehidupan manusia di bumi. Buku ini dituturkan secara lancar, dengan gagasan yang disampaikan secara jernih yang mampu mengubah pandangan Anda tentang kehidupan.

No comments: