17 January 2006

Cacar Air dan Collapse

Awicaksono

Setelah melalui perjalanan panjang berikut seluruh hiruk-pikuk pergantian suasana, pergantian lingkar sosial, pergantian topik, pergantian buku sketsa, bahkan pergantian setelan pola pikir di otak, saya (dipaksa) berhenti untuk sesaat. Istirahat. Terbaring lunglai, menggigil saat malam hari, menikmati delirium. Malaria yang sempat absen dua tahun terakhir muncul di depan pintu. Setelah dikira flu burung, ia menegaskan dirinya. "Apakabar? Masih ingat saya? Malaria?" Kami pun berangkulan. Saling melepas kangen. Melewati perjalanan panjang, akhirnya saya pun terbaring di ranjang di rumah.

Namun rupanya ia membawa kawan baru. Yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Cacar air. "Perkenalkan, kawan saya. Namanya cacar air. Nama kerennya varicellosis." Saya tak menampiknya. Kami berjabat tangan. Dan dalam dua malam, sekujur tubuh, wajah dan bahkan kepala penuh ruam. Tak menyisakan nafas sedikit pun, kawan baru itu kembali membuat saya terjerembab. Meski gejolaknya tak mampu menyaingi kehebatan sang kawan lama, tapi ia sungguh menyiksa karena sentuhannya yang tak tertahankan. Gatal-gatal di sekujur permukaan kulit tubuh.

Tak ada yang dapat saya lakukan untuk mengatasi rasa gatal dan mengusahakan agar jari-jari tangan tidak menggaruk ruam-ruam di sekujur tubuh, selain berusaha untuk tetap berpikir tentang hal lain yang jauh lebih gagah dan lebih keren daripada meributkan soal gatal-gatal. Karena bekerja jelas tak bisa. Maka buku-buku yang selama ini belum terbaca tuntas pun mulai saya rapikan antriannya. Saya ingin tuntaskan satu per satu. Mengatasi gatal, menurut saya, tak dapat tidak harus dengan mengalihkan rasa tersiksa dengan rasa lainnya. Dan itu hanya saya dapatkan pada tiga medium: Buku, musik dan film. Hm, seperti tagline sebuah majalah hiburan.

Saya tuntaskan dulu utang saya pada sang profesor geografi, Jared Diamond. "Collapse" saya baca sepotong sepotong sejak September tahun lalu. Dalam perjalanan ke Canada, ia sempat saya lumat lima bab. Tetapi setelah itu, tertunda oleh hal lain. Bahkan ia harus mengalah kepada buku baru, "Rogue States"-nya Noam Chomsky. Cacar air pun jadi berkah buat Jared Diamond....

Jakarta, mid-Januari 2006

No comments: