26 January 2006

Hah, Penerbit Baru Lagi?

Oleh Irfan Nasution
Semua komentar dikirimkan langsung ke Irfan Nasution

Barangkali begitulah yang terlintas di benak Anda saat membaca katalog ini atau mendengar kehadiran kami meramaikan dunia perbukuan di Indonesia. Memang, menjadi pemain baru dalam dunia penerbitan Indonesia dengan nomor urut kesekian ratus saat ini memang berat, tapi kami berani melakukannya karena kami yakin kami menawarkan sesuatu yang berbeda.

Pertama, kami punya (atau setidaknya merasa punya) garis yang jelas mengenai buku-buku yang kami terbitkan. Memang orang boleh memperdebatkan apa makna "kiri" di zaman seperti ini, tapi bagi kami jelas: dunia masih jauh dari adil, sejarah belum berakhir, dan alternatif-alternatif lain di luar sistem ekonomi-politik yang mengukung kita sekarang masih banyak yang belum dicoba. Semangat seperti inilah yang kami maknai sebagai "kiri".

Kedua, jelas kami tidak mengklaim sebagai penerbit "kiri" (atau kritis) satu-satunya di Indonesia. Setiap penerbit baru rata-rata mendaulat diri sebagai penerbit kecil, independen, kritis, dan dijalankan dengan idealisme. Kami pun begitu. Kami kritis, independen, dan dijalankan dengan idealisme, tapi kami tak mau terus-terusan kecil. Kami ingin menjadi besar, karena kami melihat kurang beredarnya wacana kritis di Indonesia selama ini justru disebabkan karena wacana kritis itu kebanyakan diusung oleh penerbit-penerbit kecil yang jatuh bangun terus menerus. Bagaimana buku-buku beraliran neoliberal yang dicetak dan didistribusikan dengan bagus itu hendak dilawan, bagaimana novel-novel chick lit dan teen lit yang laris manis tapi diragukan mutu sastranya itu hendak dilawan, bila tidak ditandingi dengan daya cetak dan distribusi yang sama?

Karenanya kami bertekad untuk profesional. Laba yang kami peroleh kami putar untuk memproduksi buku lagi, karena bila kerja kebudayaan ini tidak sustainable sebagai bisnis, seluruh kerja ini jadi percuma. Kami memetik inspirasi dari penerbit-penerbit kritis sedunia lainnya (misalnya Verso, Zed Books, Pluto Press, South End Press, The New Press, Autonomedia, AK Press, Ordfront, Ediciones Era dll), yang berhasil menyeimbangkan antara kekritisan visi, wibawa intelektual dan akademisnya, serta profesionalitas kerjanya. Kami, misalnya, mengurus copyrights setiap buku yang kami terjemahkan. Kami tahu bahwa rezim copyrights yang ada sekarang memang banyak cacatnya, tapi kami memandang copyrights-lah cara untuk memasuki pasar buku mainstream dan melakukan gebrakan dari dalam. Dengan hak yang sudah ada di tangan, kami tidak lagi merasa perlu mengedarkan buku secara sembunyi-sembunyi atau takut dituntut. Dan lagi, copyrights sedikit banyak memberi kami insentif untuk tidak mengerjakan karya terjemahan secara asal-asalan.

Saat katalog ini disusun pada akhir November 2005, buku kami memang baru 4 judul yang terbit. Tapi untuk tahun 2006 mendatang setidaknya sudah ada 15 judul yang kami jadwalkan terbit, dengan tema-tema yang berkisar seputar ekonomi-politik, isu-isu globalisasi, serta beberapa karya sastra dunia.

Apakah cita-cita kami yang tertuang di atas memang sudah terwujud dalam karya, sidang pembacalah yang berhak menilainya. Dan oleh karena itu kami menunggu dengan penuh harap segala kritik dan masukan anda.

Redaksi Marjin Kiri

No comments: