02 January 2006

Membaca, Berpikir, Merenung, Bersikap dan Bertindak

Pengelola

Realita dunia dimana kita hidup adalah jalinan benang kusut, saling tarik-menarik, baku-rebut, yang berlangsung begitu cepat. Dunia yang serbakacau dengan tekanan kuat untuk berubah versus mempertahankan kenyamanan. Mata kita yang hanya dua, volume otak yang juga tak terlalu besar kapasitas ruang daya-ingatnya (memory), telinga yang juga dua, di satu sisi adalah instrumen yang kita miliki yang disadari penuh keterbasan. Di sisi lain, dahaga akan informasi dan pengetahuan tak dapat dibiarkan begitu saja. Pada konteks inilah membaca menjadi penting. Membaca dalam artian sesungguhnya: Buku, majalah, koran, apa pun yang memiliki rangkaian huruf yang mengandung makna. Tak pelak sumber-sumber informasi dan pengetahuan itulah yang mewakili potret nyata dunia yang serbakacau ini.

Membaca adalah cara memenuhi lapar dan dahaga mental kita akan informasi dan pengetahuan. Diakui bahwa membaca bukan satu-satunya cara untk memenuhi lapar dan dahaga mental akan informasi. Melihat, mendengar, mencium, menyentuh dan mengalami adalah cara lain untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Namun, cara-cara itu secara luas dikategorikan sebagai "membaca." Orang buta pun "membaca" dengan cara menyentuh, mencium, mendengar dan mengalami. Orang yang terlahir sempurna fisik dan mentalnya menggunakan mata untuk membaca, selain juga mendengar, mencium, menyentuh dan mengalami. Sehingga seringkali "membaca" ditafsir secara luas sebagai segala daya upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan. Ambil contoh kalimat, "Si Badu membaca situasi sebelum mengambil tindakan yang dirasa tepat."

Secara umum membaca diartikan sebagai upaya menangkap makna dari ucapan (oral account) seseorang yang tertuang dalam bentuk tulisan. Perwakilan gagasan seseorang yang diucapkan dalam bentuk tulisan kemudian berkembang menjadi satu kecakapan yang menandai bertumbuhnya suatu peradaban kehidupan manusia yang kerap disebut sebagai budaya tulis, seiring dengan semakin berkembangnya upaya menemukan medium yang tepat untuk menuangkannya. Tanpa harus bersusah-payah menelusuri sejarah membaca (dan konsekuensinya harus pula menelusuri sejarah menulis dan mediumnya), membaca dalam weblog ini ditafsirkan secara harfiah sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan informasi dari bahan-bahan tertulis.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, kertas tidak lagi menjadi suatu keharusan dan tidak lagi menjadi medium tunggal untuk penuangan gagasan tertulis. Pada zaman internet saat ini bahan bacaan elektronik menjadi sangat umum. Berkas-berkas bacaan dalam bentuk portabel atau portable document format (PDF) adalah salah satunya yang dipelopori oleh sebuah perusahaan pengembang piranti lunak Amerika Serikat, Adobe.

Kehadiran ruang-baca diharapkan menjadi setitik air bagi orang-orang yang dahaga terhadap pengetahuan dan informasi. ruang-baca tidak berpretensi menjadi jalan keluar tunggal. Ia justru menjadi penunjuk jalan bagi orang-orang yang anthusias menjelajahi berbagai medium untuk memperoleh pengetahuan dan informasi. Semoga bermanfaat!

Jakarta, Januari 2006

1 comment:

Ahmad Sahidah said...

Terima kasih telah memberi 'jalan lain' memilah informasi yang bertebaran di dunia maya