10 January 2006

Blood Rites : Origins and History of the Passions of War

Awicaksono

Judul buku: Blood Rites : Origins and History of the Passions of War
Penulis: Barbara Ehrenreich
Penerbit: Owl Books (NY)
Tahun terbitan: 1998
Tebal: 256 halaman
ISBN: 0805057870


Dalam buku ini Barbara Ehrenreich mencoba menyorot misteri ketertarikan manusia terhadap kekerasan: Apa yang membuat spesies kita ini tertarik untuk berperang dan bahkan membuatnya menjadi hal yang keramat dan mahapenting? Buku Blood Rites membawa kita ke perjalanan yang belum pernah disajikan penulis lain, mulai dari pengorbanan manusia dalam perang-perang di zaman purba hingga ke pembantaian massal pada "perang total" di abad 21.

Bergerak dari catatan-catatan yang sangat lemah tentang masa pra-sejarah, Ehrenreich menemukan sumber keinginan berperang di satu tempat yang tidak diduga -bukan dalam dalam konteks potensi khas "naluri membunuh" pada spesies manusia berkelamin laki-laki, tetapi justru bersumber pada ritual-ritual berdarah pada masa peradaban awal manusia sebagai pelampiasan pengalaman-pengalaman yang mengerikan saat menghadapi ancaman spesies pemakan daging yang lebih besar dan lebih berkuasa. Sangat brilian dalam merumuskan konsepnya serta sangat kaya pada sudut-sudut bacanya, buku Blood Rites merupakan karya monumental yang akan bertransformasi kepada pemahaman kita tentang ancaman terbesar kehidupan manusia.

Tak ada ikhtisar yang tepat untuk menilai argumen-argumen Ehrenreich, dan jika Anda terprovokasi dengan judul bukunya, tak ada saran lain selain, "Bacalah bukunya hingga selesai." Buku ini lebih mirip novel daripada sebuah karya non-fiksi, dengan dukungan argumen-argumen yang imajinatif, ampuh dan sesuai. Buku ini merupakan satu dari beberapa karya anthropologi yang mencerahkan.

Daripada mendalami aspek psikologi kehidupan moderen saat ini terkait dengan naluri agresif dan defnsif, Ehrenreich memulai narasinya dengan menekankan pada masa-masa awal peradaban manusia dan kaitannya pada rantai makanan:
[O]ur peculiar and ambivalent relationship to violence is rooted in...being preyed on by animals that were initially far more skillful hunters than ourselves...Rituals of blood sacrifice both celebrate and terrifyingly reenact the human transition from prey to predator, and so, I will argue, does war. [hal 22]
Hubungan antara manusia dengan pemburunya atau predatornya bisajadi bersifat mendua. Di satu sisi, hewan buas adalah pembunuh; tetapi di sisi lain, mereka merupakan sumber daging bagi mahluk-mahluk pemakan bangkai, seperti halnya manusia pemakan daging saat itu. Dikotomi predator-penyedia berulangkali diungkapkan pada narasi tentang agama di awal peradaban manusia; menyatu dengan karakter dan naluris agresif dan buas yang coba diwakilkan pada upacara-upacara keagamaan tersebut. Inilah yang dijadikan titik berangkat Ehrenreich.

No comments: