20 January 2008

Inspiring Quotes

Archbishop Oscar Romero

"When I fed the poor they called me a saint. When I asked why they were poor they called me a communist."

Sun Tzu

"The good leader is the one the people adore; the wicked leader is the one the people despise; the great leader is the one the people say 'we did it ourselves.' "

James Lovelock

"We have grown in numbers to the point where our presence is perceptibly disabling the planet like a disease. As in human diseases there are four possible outcomes: destruction of the invading disease organisms; chronic infection; destruction of the host; or symbiosis - a lasting relationship of mutual benefit to the host and invader. I believe that we have the capacity to choose symbiosis over self-destruction. But we need a rapid, massive and global awakening at a personal level if we are not to go the way of any disease successfully thwarted by its host."

Duane Elgin

"Amid a frenzy of conspicuous consumption, an inconspicuous revolution has been stirring. A growing number of people are seeking a way of life that is more satisfying and sustainable. This quiet revolution is being called by many names, including voluntary simplicity and compassionate living. But whatever its name, its hallmark is a new common sense - namely, that life is too deep and consumerism is too shallow to provide soulful satisfaction."

Robert Putnam

"Humans are social beings, so it is little surprise that good relationships are one of the most important ingredients for a high quality of life."

04 January 2008

South to South Film Festival - Vote for Life

Vote for Life, Memilih untuk Hidup
Update Jum'at, 28 Desember 2007

Apakah masyarakat sekitar tambang memiliki hak untuk memilih adanya perusahaan tambang di wilayah mereka? Jika masyarakat sekitar tambang telah tahu daya rusak yang diakibatkan oleh operasi tambang, lantas apakah mereka bisa memilih untuk menolak atau menerima?

Film *Sipakapa Is Not For Sale *memberi gambaran bagaimana masyarakat di kota Sipakapa, Guatemala berjuang untuk menentukan masa depan mereka, menerima atau menolak operasi tambang di wilayahnya lewat referendum.

Film ini telah masuk dalam beberapa festival, seperti Environmental Film festival di Toronto (2006), dan The Native Spirit Festival di London (2007).

Jangan lewatkan film di atas dan 15 film lainnya di South to South Film Festival di Goethe-Institut Jakarta, 25 ? 27 Januari 2008.
Info lengkapnya dapat dilihat di South to South Film Festival.
---------------------------------------------------
Panitia South to South Film Festival
d/a. Jl. Mampang Prapatan II/30 Jakarta Selatan
Telp. 021-7918 1683, Fax. 021-794 1559
Kontak : Luluk (0815 9480 246)

Nama Departemen

Oleh Jos Daniel Parera

Kompas, Jumat, 04 Januari 2008

Setiap kali terjadi penggantian rezim yang berkuasa, terjadi pula
penambahan atau perubahan departemen dengan nama yang menurut penguasa/pemerintah/kabinet cocok dengan misi yang diemban oleh departemen dan menterinya.

Berdasarkan catatan saya, bapak-bapak bangsa telah memberikan nama departemen atau kementerian yang cocok dan dekat kepada masyarakat dan rakyat Indonesia. Misalnya, Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Penerangan, Departemen Pertambangan, Departemen Perburuhan, dan sebagainya. Nama-nama departemen tersebut memang mudah dimengerti oleh rakyat dan mudah dihafalkan oleh para siswa. Akan tetapi, dalam perjalanan waktu dan perubahan kabinet terdapat beberapa nama
departemen yang berubah.

Nama Departemen Perburuhan pada zaman Orde Lama telah diganti dengan nama Departemen Tenaga Kerja, lalu Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menurut saya, nama Departemen Tenaga Kerja merendah derajat manusia Indonesia. Tenaga kerja di sana merujuk kepada manusia. Seorang manusia Indonesia hanya dinilai dari tenaganya. Ia disamakan dengan tenaga listrik, tenaga uap, tenaga kuda, tenaga air, dan tenaga nuklir. Lahirlah tenaga kerja Indonesia (TKI) dan bukan manusia Indonesia. Pantas manusia Indonesia dihargai di luar negeri hanya karena ia menjual tenaganya. Akan tetapi, di dalam negeri terdapat organisasi buruh dan bukan tenaga kerja. Jika ada demonstrasi buruh ke Depnaker, Depnaker kurang tanggap karena Depnaker bukan mengurusi buruh, melainkan mengurusi tenaga kerja. "Masih punya tenaga atau tidak?" itulah mungkin pikiran para pejabat Depnaker. Mengapa tidak dikembalikan saja ke nama Departemen Perburuhan?

Departemen Pertambangan berubah nama dengan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Di sana terdapat dua kata serapan yang belum dekat dengan rakyat dan terasa asing: energi dan mineral. Kiranya energi dan mineral merupakan uraian kerja dari pertambangan. Makna atasannya adalah pertambangan. Mudah dipahami oleh rakyat dan dekat dengan rakyat.

Inilah nama departemen kecongkakan. Departemen Penerangan diganti dengan nama Departemen Komunikasi dan Informatika alias Depkominfo. Nama ini memang mentereng dan elitis, tetapi jauh dari daya tangkap masyarakat atau rakyat, sulit dihafal dan dimengerti oleh siswa.

Mungkin departemen ini bukan untuk rakyat. Lalu, apa yang terjadi?Lahirlah Direktorat Jenderal Sistem Komunikasi Diseminasi Informatika. Rakyat pasti bertanya-tanya apa arti semua itu. Jika kabar bahwa presiden RI menginginkan Depkominfo menjadi juru bicara negara benar, maka sebaiknya nama departemen tersebut dikembalikan saja ke nama Departemen Penerangan.