16 February 2006

Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps: Indahnya Hidup Dalam Perbedaan

Resensi oleh Munawar Kasan (Koordinator Indonesia Readers Society)
Pertama kali dimuat di Bisnis Indonesia, Minggu, 12 Februari 2006

Judul Buku: Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps
Penulis: Allan & Barbara Pease
Penerbit: Penerbit Ufuk
Cetakan: Desember 2005
Tebal: xv + 405 halaman
Harga: Rp 55.000,00


Perselisihan dan perceraian banyak dipicu karena masing-masing tak memahami kekurangan pasangannya. Padahal, sebenarnya itu bukan kekurangan tetapi memang oleh Tuhan diciptakan berbeda.

Dalam buku ini, Allan & Barbara Pease menghadirkan perbedaan-perbedaan ini dalam perspektif ilmiah. Keduanya berkesimpulan bahwa pria menginginkan kekuasaan, pencapaian, dan seks. Sedangkan wanita ingin hubungan, kestabilan, dan cinta.

Meskipun memuat hasil penelitian secara ilmiah, buku ini disajikan dalam bahasa umum yang mudah dicerna. Selain itu, buku ini tidak hanya mengungkapkan perbedaan antara pria dan wanita, tapi juga disertai teknik pemecahannya.

Dijelaskan perbedaan kedua makhluk beda jenis itu berpangkal dari faktor hormon dan otak. Pada anak pria, hormon testosteron menghalangi pertumbuhan otak kiri sehingga otak kanan berkembang lebih cepat. Pada anak perempuan, kedua belahan otak tumbuh seimbang.

Inilah yang membuat pria mempunyai keterampilan ruang yang lebih unggul. Tak heran jika pria lebih mahir dibandingkan wanita dalam hal membaca peta, berburu, mengendarai kendaraan, bermain golf, dan aktifitas lainnya yang berhubungan dengan keterampilan ruang.

Di sisi lain, pria punya kelemahan dalam hal komunikasi, hanya satu pekerjaan dalam satu waktu, dan tak mampu menyimak. Kesemuanya itu justru menjadi keunggulan wanita.

Wanita pandai berbicara karena mempunyai area keterampilan berbicara di otak yang lebih besar dibanding pria. Wanita juga mampu berbicara di telepon sambil memasak dengan resep baru dan nonton televisi secara bersamaan.

Kelemahan pria inilah yang menjadi salah satu pemicu kereta-kan hubungan. Suami enggan berkomunikasi di penghujung hari selepas beraktifitas. Di sisi lain, wanita juga bisa menjadi sumber perselisihan karena sifatnya yang emosional karena titik-titik emosi tersebar di otak kiri dan kanan.

Persepsi tentang pernikahan, cinta, seks, dan romansa ternyata juga memang sangat berbeda antara pria dan wanita. Penulis mengulasnya secara apik disertai dengan bukti-bukti penelitian ilmiah.

Siasati perbedaan

Kegagalan pria dan wanita dalam memahami perbedaan ini sering menjadi masalah. Padahal seharusnya mereka sadar bahwa bukan hanya berbeda secara fisik melainkan dalam banyak hal. Jadi, masing-masing tidak bisa menggunakan parameter dirinya untuk menuntut pasangannya.

Makanya, yang harus dilakukan adalah memahami sepenuhnya perbedaan tersebut sehingga akan meminimalisir potensi konflik.

Selanjutnya, pria dan wanita harus menemukan resep yang tepat untuk menyiasati perbedaan. Ketika resep jitu ditemukan, maka pria dan wanita akan merasakan indahnya hidup dalam perbedaan.

Kalau merujuk pada buku ini, jika wanita diberikan peluang seluas-luasnya untuk profesi yang membutuhkan keterampilan ruang seperti insinyur atau pilot maka bisa dipastikan sepi peminat. Sebaliknya, untuk profesi yang menuntut kemampuan berkomu-nikasi dan sektor pelayanan pasti didominasi wanita.

No comments: