05 February 2006

Membaca Pulau Jawa: Catatan Awal dari "Land Use and Environment in Indonesia"

Awicaksono

Buku tua yang ditemukan Torry di Perpustakaan WALHI akhirnya selesai saya baca secara selektif. Saya memfokuskan bacaan saya pada pulau Jawa, serta paparan tentang isu-isu nasional yang terkait dengan pulau Jawa.


Sebagai pulau utama terkecil dibandingkan pulau-pulau utama lain di kepulauan Indonesia, pulau Jawa merupakan yang paling padat penduduknya. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari dinamika demografik sejak masa kerajaan Hindu, kerajaan Islam serta masa pendudukan Belanda. Modalitas dari seluruh cerita terkait dengan dinamika demografik pulau Jawa adalah tanah dan kekayaan alam, berikut posisi geopolitiknya terhadap lalu lintas perdagangan baik di masa lalu hingga sekarang. Saat ini total populasi pulau adalah 60% dari populasi Indonesia, dengan tingkat kepadatan 864 jiwa/km2. Pulau Jawa adalah wilayah terpadat penduduknya nomor dua setelah Bangladesh.

Beberapa catatan sejarah yang cukup mengagumkan saya peroleh sebelumnya dari sebuah buku berjudul "Beneath Smoke of the Sugar-Mill," yang merupakan hasil kolaborasi penelitian para akademisi dari Belanda, Jepang dan Indonesia. Dari penelitian kolaboratif tersebut terungkap bahwa bangkrutnya tata-guna lahan asli sudah dimulai sejak introduksi perkebunan besar oleh East Indies Companies atau VOC, lewat perkebunan tebu, teh, kopi dan tembakau. Meski sebelumnya masalah penguasaan tanah sudah terjadi antara rakyat dengan penguasa-penguasa monarkhis pada masa kerajaan Hindu dan Islam, tetapi era perkebunan besar di awal abad 18 sangat berpengaruh kepada rona tata-guna lahan pulau Jawa hingga sekarang.

Dalam buku "Land Use and Environment in Indonesia" (Wolf Donner, 1987) masa itu tidak terlalu rinci diuraikan. Buku ini lebih menyorot persoalan-persoalan yang timbul akibat Revolusi Hijau di awal 70an serta percepatan investasi industri, baik manufaktur, perkayuan, perkebunan maupun pertambangan (mineral dan minyak bumi). Namun benang merah preferensi penanaman modal terhadap pulau Jawa sejak masa pendudukan Belanda hingga sekarang diurai cukup mendalam. Antara lain ketersediaan sarana dan prasarana pendukung investasi, seperti jalan, pelabuhan laut serta ketersediaan buruh.

Meski tak memenuhi harapan saya, paling tidak buku ini memberi beberapa hyperlinks menuju beberapa rujukan lain. Yang sudah antri untuk dilahap adalah "The Ecology of Java and Bali." Buku ini pernah saya baca sebelumnya saat terlibat dalam penyiapan "Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan 2003," tetapi saat itu pendekatan saya terlalu topikal. Agaknya saya harus memulai lagi dari nol...

Jakarta, 5 Februari 2006

No comments: