20 October 2007

Sekelumit Cerita di Balik Penyusunan Tesaurus Bahasa Indonesia

dari: Forum Pembaca Kompas

Awal Desember 2006 yang lalu terbit, Tesaurus Bahasa Indonesia(TBI)â€"agaknya karya pertama dalam sejarah dari jenis ini. Buku yang diterbitkan Gramedia ini mendapat sambutan yang cukup bagus. Dalam waktu singkat, ia sudah mengalami cetak ulang.

Yang menarik, tesaurus setebal 736 halaman ini dikerjakan seorang diri. Penyusunnya Eko Endarmoko, anggota redaksi Jurnal Kebudayaan Kalam (sekarang on-line) di Komunitas Utan Kayu, Jakarta.

Eko Endarmoko, yang pemalu dan pendiam ini, baru sekarang menceritakan pengalamannya menyusun karya yang sulit dan bertahun-tahun dikerjakan ini.

Tesaurus ini adalah buah dari dorongan terus-menerus akan keperluan mendapatkan kata paling jitu sewaktu merangkai kalimat. Hampir separuh kandungan tesaurus itu berasal dari setumpuk carikan kertas berisi kata-kata bersinonim yang saya catat berdikit-dikit sejak kuliah di tahun 1980-an. Kira-kira sepuluh tahun kemudian, demi lebih cepat mendapatkan sesuatu kata sekaligus mencegah carikan-carikan kertas tadi berceceran, semua catatan tadi lalu saya garap dengan program pengolah kata.

Niat membukukannya, yang muncul sesudah melihat seluruh bentuk kasarnya terketik di layar, terdesak dan bahkan sempat terlupakan beberapa lamanya, oleh rutinitas kerja sebagai penyunting di penerbit Pustaka Utama Grafiti.

Sekitar pertengahan tahun 1997, yaitu saat saya mulai bergabung dalam Jurnal Kebudayaan Kalam, adalah momen penting yang memungkinkan TBI menemukan bentuknya seperti sekarang. Jurnal Kalam, Teater Utan Kayu, dan Galeri Lontarâ€"ketiganya merupakan sayap kesenian Komunitas Utan Kayuâ€"tak lain dari apa yang biasa diringkas dengan sebutan TUK atau Teater Utan Kayu.

Rekan-rekan saya, para kurator-sastrawan di sana, Nirwan Dewanto, Sitok Srengenge, Hasif Amini (dan sebelum ini: Ayu Utami), memerhatikan persoalan bahasa Indonesia dengan tekun, cerewet, dan bersemangat. Bekerja sama dengan mereka memberi rangsangan tersendiri bagi saya untuk meneruskan penyusunan tesaurus ini, sekalipun praktis kami cuma berkumpul sekali seminggu, tiap Rabu, antara lain untuk rapat menyusun program acara tiga bulan ke depan.

Bekerja di TUK atau KUK memang setengah "kerja sukarelawan". Maka tiap orang punya kegiatan samping. Kegiatan samping saya adalah menjadi penyunting bahasa, antara lain bagi terjemahan yang akan diterbitkan oleh lembaga KITLV (Koninklijke Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde) Belanda yang di Jakarta diwakili Jaap Erkelens. Bung Jaap sering datang ke Kedai Tempo dan kami duduk berdua bekerja di depan tumpukan naskah. Bung Jaap dengan demikian juga jadi bagian dari KUK, sebagaimana tiap orang yang kerap datang dan bekerja di sana. Bahkan Bung Jaap pernah jadi "kurator" pameran karikatur pers Belanda dari masa revolusi Indonesia (Februari-Maret 2006).

Oleh KLTV juga, saya disponsori untuk kerja penelitian di Leiden, Belanda, selama Mei-Agustus 2001 dalam menyiapkan TBI. Saya senang rekan-rekan di TUK merelakan, bahkan mendorong, saya meninggalkan kerja selama itu. Saya harap hasil kerja itu tidak mengecewakan.

No comments: