19 June 2007

The Second Front: Inside Asia's Most Dangerous Terrorist Network


Oleh Ken Conboy

Puluhan tahun sebelum al-Qaeda terbentuk, kelompok radikal berbasis agama di Asia Tenggara telah membangun alas bagi sebuah perjuangan untuk mewujudkan satu utopia kehidupan seperti masa lalu. Buku ini mengupas tentang Jamaah Islamiyah (JI), sebuah organisasi rahasia yang jangkauannya mencapai enam negara dan senantias berorientasi pada tindakan serius terhadap situasi-situasi yang tidak sejalan dengan Islam dan yang tidak mentolerir keberadaan Islam.

Dalam buku The Second Front: Inside Asia’s Most Dangerous Terrorist Network, penulis yang spesialis buku laris, Ken Conboy, merekonstruksi potongan-potongan informasi dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan operasi JI berdasarkan wawancara-wawancara eksklusif serta laporan-laporan berkategori rahasia. Ada begitu banyak rincian yang belum pernah diungkap sebelumnya, termasuk apa yang ada di benak para pemimpin kelompok tersebut - dari pakar peledak Azahari hingga perwakilan al-Qaeda, Hambali. Mulai dari bayang-bayang Hindu Kush hingga ke medan-medan pertempuran di pulau-pulau rempah, The Second Front mengupas tabir kerahasiaan serta rekam-jejak keberhasilan upaya-upaya penumpasan jaringan ini, serta memaparkan kegagalan pengurus negara-negara di wilayah Asia mencegah tindakan terorisme serta tindak kekerasan sektarian yang telah mengambil banyak korban jiwa.

Tentang Penulis

Ken Conboy, penulis buku laris INTEL: Inside Indonesia’s Intelligence Service dan KOPASSUS: Inside Indonesia’s Special Forces, adalah seorang manajer sebuah perusahaan konsultan resiko dan keamanan di Jakarta, Risk Management Advisory. Sebelumnya ia bekerja sebagai Wakil Direktur Pusat Studi Asia, the Asian Studies Center, sebuah kelompok pemikir (think-tank) yang berpengaruh di Washington, DC, dimana ia bertugas menyusun makalah-makalah kebijakan untuk Kongres AS dan pengurus negara AS menyangkut keterkaitan strategis ekonomik AS dengan negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Conboy adalah lulusan dari School of Foreign Service, Universitas Goergetown, serta School of Advanced International Studies, Universitas Johns Hopkins. Conboy juga adalah seorang pengajar tamu pada Universitas Chulalongkorn, Bangkok, dan bermukim di Indonesia sejak 1992.

No comments: