23 April 2008

Biadab: Absennya Sang Walikota

Cobalah Anda berkendara ke Bogor. Jika Anda berangkat dari Jakarta menggunakan jalan tol, setiba di mulut tol tepat di muka Terminal Baranangsiang, arahkan kendaraan Anda ke kanan. Ketika tiba di muka Pangrango Plaza jalan pecah menjadi dua. Ambil sebelah kanan. Ikuti jalan hingga tiba di pertigaan dengan sebuah monumen yang tak jelas maknanya, menggambarkan seorang pemuda berpakaian olahraga tetapi ada bentukan tabung dan jarum suntik, ambil jalan ke kiri, ke arah Jalan Raya Parung. Jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Baru. Ikuti jalan tersebut hingga melewati sebuah proyek terowongan di bawah rel kereta api. Sekarang saya ucapkan, "Selamat datang di neraka Bogor...."

Jika Anda penggemar olahraga otomotif offroad, mungkin Anda akan menemukan kenikmatan ketika melalui Jalan Baru. Lubang-lubang besar menganga di sana-sini menanti Anda. Amati kendaraan-kendaraan angkutan umum berwarna hijau dan biru, dikenal dengan sebutan angkot (angkutan kota), meliuk-liuk bermanuver mencoba mengatasi lubang-lubang tersebut. Jika Anda menggunakan kendaraan sedan, dijamin Anda harus memperbaiki perangkat kemudi serta kaki-kaki roda kendaraan Anda.

Saya tak pernah habis pikir dengan keadaan tersebut. Proyek perbaikan jalan biasanya mengikuti jadual anggaran. Menjelang tutup tahun anggaran, baru proyek perbaikan dikebut. Jangan ditanya soal kualitas bahan dan kualitas pengerjaan. Namanya juga proyek yang dipercepat. Yang penting platform anggaran tercapai dan selesai tepat waktu. (Saya coba tak berpretensi terjadi tindak penggelembungan nilai belanja proyek atau korupsi). Umur jalan dalam keadaan baik hanya sebentar. Begitu truk-truk besar dengan beban angkut yang (senantiasa) melewati batas sesuai ketentuan melalui Jalan Baru, butuh hanya dua minggu hingga sebulan untuk kembali ke keadaan hancur-hancuran.

Pernah seorang kawan berkata, "Wah, lumayan tuh lubang-lubang itu untuk menanam ikan lele...." Saya hanya tersenyum kecut dengan canda bernada sindiran itu. "Atau mungkin cocok untuk bertanam padi ya....." Kami pun tertawa kecut sambil menikmati guncangan-guncangan tak nyaman saat melalui Jalan Baru nan biadab. Kemana gerangan pejabat pengurus kota? Apakah mereka tak pernah melalui Jalan Baru?

Keadaan jalan seperti itu tidak dimonopoli Jalan Baru. Silakan Anda menjelajahi bagian lain Kota Bogor. Perumahan Taman Cimanggu misalnya. Atau ke arah perumahan TNI Angkatan Udara di daerah Semplak. Saya tak tahu bagaimana tingkat kecelakaan kendaraan bermotor akibat kualitas jalan raya Kota Bogor yang hancur-hancuran ini. Kemana gerangan sang Walikota? Apakah beliau tak pernah melalui jalan-jalan yang hancur itu?

No comments: