30 January 2006

Membaca Pulau Jawa: Menelusuri Sejarah Panjang Kolapsnya Sistem Kehidupan

Awicaksono

Mendapat "penugasan" dari seorang kawan untuk merumuskan strategi penanganan bencana di pulau Jawa saya tak ragu untuk menerimanya. Di sela-sela waktu senggang sepanjang dua tahun terakhir saya memang begitu getol membaca dan menelaah sejarah panjang kehancuran sistem kehidupan di pulau Jawa. "Tugas" itu lebih seperti tantangan untuk membuat pemodelan dari dinamika sistem kehidupan pulau Jawa.

Diskusi dengan kawan jauh yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia, saya mendapatkan beberapa masukan dan gagasan. Antara lain tentang fakta bahwa kehancuran sistem (system collapse) pulau Jawa sebenarnya sudah berkali-kali nyaris terjadi sepanjang kurun satu abad. Sehingga penting untuk menghindari jebakan linear regression yang tentu saja sangt menguras pikiran dan tenaga.

Saya pun mulai membongkar-bongkar lemari buku. The Ecology of Java yang ditulis bersama oleh Anthony J. Whitten, Suraya Afiff dan Soeriaatmadja, kembali saya buka. Juga buku tua, Land Use and Environment in Indonesia. Buku kompilasi hasil riset bareng peneliti anthropologi Jepang, Belanda dan Indonesia, Beneath the Smoke of Sugar-Mill pun mulai antri di rak buku kerja.

Tidak hanya buku, beberapa situs internet yang sudah saya simpan di bookmarks mulai saya kunjungi lagi satu per satu. Beberapa artikel dan makalah dalam portable document format (PDF) yang saya simpan dalam koleksi e-books pun mulai saya pindahkan ke folder khusus. Ini pekerjaan serius.

Kerangka kerja dan pikir sudah beberapa kali didiskusikan. Tim pun sudah terbentuk. Tugas saya adalah sebagai mentor bagi beberapa orang muda dengan kecakapan yang cukup beragam. Dari lima orang yang saya butuhkan, dua diantaranya tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harapan saya, pekerjaan ini akan menghasilkan rumusan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang akan dilontarkan kepada masyarakat di beberapa wilayah rawan bencana. Ujungnya, paling tidak ada tiga arena: (1) kemarahan masyarakat; (2) harapan masyarakat; dan, (3) konsep tanding untuk pengurusan kehidupan dan keselamatannya.

Penelitian seperti ini pernah saya kerjakan tiga tahun lalu. Tetapi fokusnya adalah pantai utara Jawa (pantura). Pertanyaan kunci penelitian itu adalah, "Apa yang menyebabkan masyarakat mampu bertahan hidup di kawasan yang secar ekologik dan sosial sudah tidak layak dihuni?" Kesimpula penelitian itu sangat mencengangkan. Satu potret fraktal tentang dinamika demografik yang membuat saya berpikir tentang mutu kehidupan dan mutu lingkungan hidup minimal yang seharusnya ditetapkan negara, dalam memenuhi tanggungjawabnya menjamin rakyat memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jakarta, 29 Januari 2006

No comments: